Senin, 02 Mei 2011 | By: Dahlia"khamza Az Zahra"

IZINKAN KAMI MERAIH BAHAGIA SEPERTIMU.., YA UKHTI.


Sebelumnya saya ingin sampaikan bahwa cerpen ini adalah tambahan dengan sedikit gubahan tentunya, dari cerpen saya terdahulu yang berjudul “ DI DUAKAN...??? YANG KE DUA...??? OH NO...!!! cerpen tersebut saya buat dalam rangka mengikuti lomba FF ( Falsh Fiction) Yang diselenggarakan oleh seorang teman Fecbook, yang bertema POLIGAMI dengan dibatasi cerpen hanya 400 kata. Mungkin ada yang mengatakan bahwa ceritanya kurang greget,datar dan sebagainya. Mungkin ada benarnya kata2 itu, saya sendiri belum merasa puas bereksperimen dg imaginasi saya sendiri, karna sebenarnya banyak kalimat yang harus saya bendung di otak saya ini (hayyyah... lebay. ^o^ ).
Ya sudah kita mulai saja ya.. ndak usah panjang2 pembukaannya nanti pada keburu kabur lagi.. hi3x
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
***
“Ini tidak mungkin...!” hati nanda berontak  saat membaca sms dari seseorang yang belum lama ia kenal, sms yang seketika membuat dia panas dingin dan  menangis.
“ Saya ingin menjadikan ukhti yang kedua dalam kehidupan saya, saya berharap ukhti bersedia untuk menjadi istri  kedua bigi saya (Setyo)”. Kata-kata inilah yang seketika membuat tubuh nanda gemetar, sms dari seseorang yang baru beberapa waktu ia kenal,karena memang ada suatu urusan yang  mengharuskan mereka bertemu, dan pertemuan itupun didampingi oleh istrinya. 
“ ‘Afwan saya tidak bisa menerima apa yang menjadi harapan ustad terhadap saya” itulah kata2 yang mampu nanda ketik dan ia kirimkan kepada sang pengirim sms itu. Dia memanggil sang  pengirim sms itu dengan sebutan ustadz karena memang itulah panggilan yang disematkan orang-orang kepadanya. Nanda bahkan baru tau nama orang yang dia panggil dengan sebutan ustadz tersebut, yang ternyata bernama Setyo, karena sebelumnya memang Nanda tidak pernah bertanya kepada istrinya, dan pada pertemuan itupun sang ustad tidak memperkenalkan namanya.
“Saya akan menunggu ukhti...” itulah jawaban singkat sang ustad. Nanda semakin bingung dengan jawaban singkat tersebut.
“Apa maksud ustad..?”
“ Saya hanya berharap ukhti  bersedia menjadi bagian dari hidup saya, silahkan istikharoh dulu, saya akan menunggu jawaban ukhti, Afwan.”
Nanda tidak menjawab sms tersebut, Nanda hanya ingin menangis, mengeluarkan kekesalannya,berbisik lirih didalam hati, kenapa ini terjadi pada dirinya. Menyesali mengapa harus ada pertemuan itu,seandainya saja pertemuan itu tidak pernah terjadi tentu tidak akan pernah ada kejadian seperti ini.
“ Ya Allah... mengapa harus hamba yang dipilih olehnya, tidak adakah akhwat lain yang menjadi pilihannya, akhwat yang setara dengan dirinya, akhwat yang cerdas dan yang jauh lebih sholehah dibanding saya” lirih untaian do’a Nanda saat menghadap Sang pemilik hati di sepertiga malam. “ Andai ia masih sendiri, tentulah dengan senang hati saya menerima apa yang menjadi harapannya untuk menjadikanku bagian dari hidupnya, tapi saat ini ia sudah punya yang lain, istrinya yang sangat saya hormati, yang lemah lembut dan cerdas. Ya Allah hamba yakin Engkaulah sebaik-baik penentu dalam kehidupan kami.” 
***
“Assalamu’alaikum... ‘afwan saya tetap tidak bisa menerima apa yang menjadi harapan ustadz, karena saya sendiri tidak siap untuk menjadi yang kedua. Syukron”. Nanda mengirimkan kata-kata itu melalui sms kepada ustad setyo.
“Salahkah ketika saya  memiliki keinginan untuk menjadikan istri, seseorang yang ingin saya cintai dan sayangi seutuhnya..???”
“Keinginan ustadz tentu tidak salah, dan sayapun tidak menyalahkan apa yang menjadi niat ustad, ini semua salah saya, karena saya tidak siap dipoligami apalagi menjadi yang ke dua, sungguh saya tidak kuasa untuk itu.” Nanda berusaha menjelaskan apa yang ada didalam hatinya.
“ Saya ingin bertanya kepada ukhti, ukhti tau hukum poligami..???”
“ Ya, tentu saja saya tau terkait hukum poligami.boleh. karena Allah telah menjelaskannya di dalam Al Qur’an. dan menurut saya itu adalah pilihan, tidak berdosa bila saya tidak menginginkan poligami itu terjadi pada diri saya.” 
Sms Nanda tidak mendapat balasan dari ustad Setyo, Nanda hanya bernafas berat setelah sedikit bicara kepada ustad Setyo, tapi agak sedikit lega dengan apa yang Nanda ungkapkan kepada ustad Setyo, nanda berharap sang ustad mafhum apa yang menjadi alasannya,kenapa dia menolak permintaannya.
***
Terpisahnya tempat, jarak dan waktu membuat nanda tidak tau apa yang terjadi dengan ustad Setyo, bagaimana di saat yang bersamaan sang ustad berusaha memahamkan kepada sang istri, menceritakan apa yang dia rasakan kepada sang istri.
“ Ummi... ada yang ingin abi bicarakan, tapi ummi janji umi tidak boleh shock apalagi sampai pingsan ya..? hehe”. Setyo berusaha membuat keadaan sesantai mungkin dan senyaman mungkin untuk membicarakan hal yang tidak nyaman dan tidak santai ini. Setyo mengerti apa yang akan terjadi dengan sang istri setelah ia bicarakan niatnya kepada  istri tercintanya, yang sangat dia sayangi dan kasihi, Setyo ingat dia pernah bergurau kepada istri disuatu waktu, menanyakan apakah dia boleh menikah lagi, sang istripun menjawab “ boleh, tapi sama wanita yang gendut dan item”.jawab istrinya sambil nyengir. Setyo hanya tersenyum  mengingat hal itu, meski dalam gurauan istrinya menjawab, namun setyo mengerti bahwa istrinya tidak setuju bila dirinya menikah lagi. Sejujurnya dia merasa berat untuk membicarakan hal ini kepada istrinya, karena justru wanita yang saat ini sedang ia harapkan adalah wanita yang  lebih muda dari sang istri dalam hal usia, dan bukan pula wanita yang gemuk dan hitam. Dengan membaca Bismillah dalam hati Setyo akan mengungkapkan hal ini secepatnya dan dirasa sekarang adalah waktu yang tepat menurut untuk membicarakannya.
“Idihh abi segitunya, memang abi mau bicara tentang masalah apa sih...? kok kayaknya berat sekali permasalahannya , iya deh ummi janji akan kuat dan InsyaAllah tidak akan sampai pingsan.hehe”
“ ummi janji ya sayang... “
“iya abi sayanggg... “ 
“ Ummi... bolehkah abi menikahi Nanda...?” dengan segenap keberanian dan kelumbutan kata-kata yang tidak biasa akhirnya kata-kata ajaib nan sensitif itupun keluar dari bibir Setyo, dan seketika Setyo melihat perubahan yang luar biasa pada wajah istrinya, entah itu merah karena menahan marah atau apa setyo tidak tau, setyo memandang istrinya dengan tatapan yang menegangkan, karena istrinya hanya terdiam dengan wajah yg tak mampu dia definisikan.
“ummi...” pelan suara Setyo sambil membelai rambut istrinya dengan lembut.
“a..a..apa bi? Na..na..nan..da...? kaget yang luar biasa membuat sang istri terbata-bata bicara.
“na..na..nan..da yang kemarin gagal ta’aruf dengan  ardi, satu-satunya akhwat yang gagal ta’aruf dengan wasilah kita bi..???
“iya mi... ummi benar, nanda yang beberapa bulan lalu kerumah kita dengan niatan ta’aruf dengan akhi ardi” .
Nanda adalah akhwat yang ingin dijodohkan dengan seorang ikhwan yang kebetulan adalah sahabat sekaligus mad’unya Setyo,  sebelumnya nanda dan keluarga Setyo tidak pernah saling kenal, dan tidak pernah sekalipun bertemu.nanda adalah akhwat yang kebetulan kenal dengan salah satu sahabat sang istri, ketika sang istri mengatakan kepada sahabatnya bahwa ada seorang ikhwan yang siap menikah, sahabat sang istri langsung merekomendasikan Nanda, Nanda yang saat itu kebetulan memang sudah siap untuk menikah menerima tawaran sahabat istri Setyo. Tapi kuasa Allah berlaku bagi setiap insan,karena Allah tentu lebih tau siapa jodoh setiap manusia, Nanda dan Ardi tidak ada masalah dengan proses itu, mereka sama2 menerima satu sama lain tapi orang tua Ardi tidak menyetujui proses mereka dan keputusan orang tua Ardi sudah tidak bisa diganggu gugat, dengan alasan detailnya Nanda tidak tau. Nanda adalah akhwat dengan usia 24 tahun, usia Setyo 4 tahun di atas nanda. 
“ Abi jahat sekali, tega-teganya abi ingin menduakan ummi, apa salah ummi bi..? apa?, jika memang pelayanan ummi selama ini tidak memuaskan abi, kenapa abi tidak bilang sama ummi, dan sekarang abi malah ingin menikahi nanda...? wanita yang  baru beberapa waktu abi kenal, atau jangan-jangan abi sudah memendam perasaan itu saat pertama kita mempertemukan dia dengan Ardi..???” dengan suara lembut khas sang istri kata-kata itu keluar begitu saja dari bibirnya, kata yang menyembunyikan berjuta rasa yang Setyo paham rasa apa itu, sedih, kecewa, marah dan sebagainya mungkin menjadi satu dalam benak sang istri. 
“Ummi ingin sendiri bi..., tolong pembicaraan ini tidak dilanjutkan” pinta sang istri. Ardi meninggalkan istrinya dikamar ditemani dua mujahid mereka yang sudah lama tertidur lelap. Sebenarnya Setyo ingin menjawab apa yang istrinya ungkapkan tadi, tapi percuma karena sang istri masih emosi, apapun jawabannya tentu tidak akan masuk kepikiran dan hatinya.
*** 
“ Ya Allah  berat diri ini  menerima menjadi yang kedua , tapi pada kenyataannya, diri ini membutuhkan sosok suami seperti ustad Setyo, kesholehannya, ketawadhuannya, meski saya belum mengenalnya lama, tapi kesholahan itu sudah tampak didepan mata, amanah yang ada dipundaknya membuktikan semua itu, karena tidak setiap orang mampu diberi amanah seperti yang dibebankan terhadap dirinya, Allah... andai dia masih sendiri, Ya Allah... yang Maha membolak-balikkan hati... hamba yakin Engkau akan beri keputusan terbaik atas permasalahan ini”. Suara kecil nanda melantunkan do’a di sepertiga malam, kini nanda lebih banyak melantunkan do’a2 setelah selasai shalat malam, lebih banyak rakaat shalat yang dia tunaikan, lebih banyak ayat Alqur’an yang ia baca ditambah membaca terjemahannya, karena bagi nanda itulah yang membuat ia tenang. Akhir-akhir ini nanda lebih banyak melamun, menangis dan diam. Kadang Setyo mengirimkan sms kepada Nanda, terus bertanya dengan pertanyaan yang sama meski Nanda menjawab dengan jawaban yang sama pula, dan selalu di akhiri dengan jawaban “ saya akan tetap menunggu ukhti, sampai saya mendengar ukhti telah menikah dengan orang lain.”. nanda hanya terpaku, termenung, menangis setiap kali mendapati jawaban yang sama dari Setyo.
“apa yang terjadi denganmu nanda..???” itulah pertanyaannya yang sering terlontar dari teman-teman nanda yang mungkin mereka melihat perubahan dalam diri Nanda.
“Tidak ada apa-apa..” jawab singkat nanda.
Nanda merasa dirinya bak buah simalakama, disatu sisi dia tidak mau menjadi yang kedua tapi disisi lain dia membutuhkan sosok seperti ustad Setyo untuk meneguhkan agamanya, dia yakin Setyo mampu menjadi penyemangat bagi dirinya, tapi sekali lagi harus ada kata tapi dihati nanda,” tapi bagaimana dengan istri beliau...? bagaimana dengan keluarga besar terutama orang tua..?” itulah pertanyaan yang selalu ada dihati nanda, dan pada akhirnya nanda harus memberi keputusan yang bahkan dia tidak pernah tau apakah itu benar atau salah.

***
 “ Ukhti.. apakah gerangan yang membuat ukhti berat untuk  menjadi yang kedua bagi saya..? saya memang tidak kaya dalam hal materi, tapi insyaAllah saya sanggup memuliakan ukhti, menjadi pendamping yang baik bagi ukhti dan Istri saya saat ini”.
“ InsyaAllah saya siap, tapi saya ingin ustad bersama istri datang menemui keluarga saya, bila ustad tidak datang bersama istri, maaf  saya tidak bisa menerima ustad”. itulah jawaban Nanda. jawaban yang menunjukkan sebuah keputusan yang besar dalam hidupnya yaitu menjadi yang kedua. Nanda sadar bahwa menjadi yang kedua bukanlah suatu hal yang hina karena Allah juga membolehkan poligami. Nanda sadar Inilah saatnya membuktikan arti sabar dan ikhlas yang sesungguhnya, Nanda hanya menginginkan orang yang memiliki rasa terhadap dirinya menjadi halal baginya, dan Nanda Ingin membahagiakannya juga istrinya.
 Keputusan Nanda agar sang ustad menemui orang tua bersama sang istri, bukanlah tanpa alasan, Nanda tau berat bagi sang istri menerima suaminya menikah lagi, meski sudah sama-sama tau akan hukum poligami dan tidak menantang akan hukum kebolehannya, tapi sangat sulit bagi wanita untuk berbagi seseorang yang dicintainya kepada wanita lain, wanita terlalu takut jika suaminya menikah lagi maka cinta dan kasih sayangnya juga akan berkurang, belum lagi terkait maisah, dan mungkin masih banyak kekahwatiran-kekhawatiran lain yang bisa saja itu hanya sebatas praduga saja. Nanda sudah memikirkan segala konsekuensi yang akan terjadi dengan apa yang telah diputuskannya, dan Nanda siap menerimanya. Apapun itu.
“ALLAHU AKBAR... mimpikah saya ukhti...? saya berharap ini bukan sebuah mimpi di siang hari, Alhamdulillah...saya akan datang menemui orang tua anti bersama istri saya, tapi saya mohon ukhti memberi waktu untuk itu.syukron”.
***
“Astaghfirullah... Tidak..!” spontan Nanda mengatakan hal itu, dada Nanda sesak dan seketika ia benamkan mukanya diatas bantal, karena ia tidak mau ada yang mendengar ia menangis, Nanda ingin teriak, ingin berlari sekuat kemampuannya, kemana saja, tapi semua itu tak mampu ia lakukan, Nanda masih punya iman untuk tidak melakukan hal konyol itu.”mengapa semua ini terjadi pada saya, apa salah saya..?”pertanyaan2 itu terus nanda ucapkan.
“Ukhti... suami saya telah mengatakan kepada saya tentang niatnya terhadap anti, saya setuju saja akan niatnya terhadap anti dan silahkan jika kalian ingin menikah, satu pinta saya kepada anti, tolong katakan kepada suami saya agar menceraikan saya sebelum dia menikahi ukhti.syukron.(Mia)”. Kata2 inilah yang membuat Nanda tidak mampu untuk menahan tangis, Nanda tidak kuat untuk tidak menangis, apalagi Nanda adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang sangat mudah sekali menangis.

“Ukhti.. tidak mungkin saya lakukan kemauan anti tersebut, itu bukanlah solusi untuk memacahkan permasalahan ini..”.
‘Saya tidak ingin diduakan, saya tidak sanggup untuk itu, saya tidak mampu ukhti, saya yakin anti akan melakukan hal yang sama jika berada pada posisi saya”.
“ mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama seperti yang anti katakan ketika suami saya berniat menikah lagi, tapi ya ukhti.. mungkin juga saya tidak akan melakukan hal yang sama seperti yang anti lakukan, jika saya berfikir bahwa Allah akan membangun istana di syurga jika seorang istri memberi kesempatan kepada wanita lain hidup berbahagia bersamanya, memberi kesempatan agar wanita lain hidup bahagia dengan adanya pendamping yang shaleh disisinya. Afwan ya ukhti, tiada saya berniat merebut suami anti dari sisi ukhti, saya hanya ingin membahagiakan kalian, tapi jika salah satu diantara kalian tidak bahagia dengan hadirnya saya, sungguh saya akan meninggalkan kalian, sungguh berat saya menerima menjadi yang ke dua ya ukhti, berharap mendapatkan Ridho Allah lah yang membuat saya ringan menjadi yang ke dua bagi suami anti. Sampaikan salam ukhuwah saya kepada suami anti, saya tidak bisa hidup bahagia di bawah penderitaan anti. Salam ukhuwah selalu ukhti fillah, bahagia kalian adalah bahagia saya juga.wassalam”. dengan tetesan airmata yang tak mampu dibendung Nanda menjawab sms Mia.”mungkin beliau bukan yang terbaik bagi saya” lembut suara Nanda berkata dengan dirinya sendiri.
***
“ Abi... mengapa abi ingin menikahi Nanda...? apakah abi sudah bosan dengan saya? Apakah abi sudah tidak cinta terhadap saya?apakah...?” kata-kata Mia terhenti manakala Setyo memeluknya.
“Abi sangat cinta kepada ummi, tak pernah luntur cinta abi terhadap ummi, bahkan semakin hari abi semakin cinta kepada ummi, bagaimana mungkin cinta abi luntur terhadap ummi, akan rugilah laki2 yang tidak mencintai seorang istri yang lemah lembut, cerdas, qona’ah dan tentunya sholehah seperti ummi, abi ingin menikahi Nanda bukan berarti abi sudah tidak cinta kepada ummi....”
“Lantas kenapa abi ingin menikahi nanda..?”
“Ummi... maafkan abi, abi tidak pernah tau kenapa abi memiliki rasa terhadap Nanda sejak pertama kali melihatnya dulu, dulu abi berharap proses Nanda dan Ardi sampai ke Pernikahan, bahkan Abi mungkin orang yang paling bahagia dengan pernikahan mereka, tapi ternyata Allah berkehendak lain atas diri Nanda, sehingga dia gagal proses dengan Ardi, abi sudah berusaha untuk menghilangkan rasa ini terhadap Nanda, tapi... maafkan abi mi, abi hanya ingin menghalalkan perasaan yang terlanjur ada dalam hati ini..”. dengan berlinang air mata Setyo menjelaskan semuanya.

“Apakah abi sudah memikirkan semuanya...?, Abi taukan jika abi tidak berlaku adil terhadap kedua istri abi kelak... abi tidak akan mampu berdiri tegak ketika menghadap Allah kelak sebagaimana sabda Rasulullah ““Barangsiapa yang mempunyai dua istri, lalu ia lebih condong kepada salah satunya dibandingkan dengan yang lain, maka pada hari Kiamat akan datang dalam keadaan salah satu pundaknya lumpuh miring sebelah.”  “
“InsyaAllah... dengan bantuan ummi abi akan bersikap adil terhadap setiap istri abi...”
“Abi.. Maafkan atas segala sikap ummi selama ini, ummi hanya takut cinta abi akan berkurang bila abi menikah lagi, ummi cinta abi, ummi sayang abi, hanya abi yang ada dihati ummi. Maafkan ummi, beberapa hari lalu ummi menghubungi Nanda, ummi berkata kurang baik kepada Nanda, ummi berharap Nanda akan mundur, dan harapan ummi terjadi, Nanda bersedia untuk  mundur, tapi kata-kata yang dia torehkan membuat ummi menangis dan berfikir ulang akan semua yang terjadi.”
“Nanda sudah mengatakan kepada abi, bahwa dia akan mundur, dan abi menyetujuinya”.
“Abi tidak jadi ingin menikahi Nanda...?
“ Iya... Abi tidak ingin kehilangan ummi, Abi cinta dan sayang kepada ummi”. 
“Abiii...” spontan Mia memeluk suami yang sangat ia cintai, dia melihat suaminya menitikkan air mata , ia merasakan detak jantung suaminya yang begitu berat, Mia rasakan semua itu, selama 7 tahun pernikahan mereka ini adalah kali ke 3 suaminya menangis, dia ingat dulu suaminya menangis saat malam pertama mereka, suaminya mengatakan kepada dirinya betapa bahagianya dirinya bisa menjadi bagian dalam hidup Mia, suaminya juga menangis saat mujahid pertamanya harus dipanggil oleh Allah dalam usianya yang ke 10 bulan, dan kini dia harus menyaksikan suaminya menangis lagi.” Ya Allah... apa yang hamba lakukan terhadap laki2 ini, laki2 yang senantiasa berusaha membahagiakan saya, laki2 yang begitu bijak menyikapi segala kekurangan saya, laki2 yang selalu berusaha membuat saya tersenyum meski dalam lelah dan penatnya menunaikan kewajibannya terhadap keluarga dan ummat, dan kini saya harus membuatnya menangis” lirih suara hati mia berucap.
”Abi... Ummi akan temani abi menemui orang tua Nanda, ummi ingin Nanda menjadi sahabat ummi dalam mengarungi kehidupan bersama Abi, Ummi ingin Nanda menjadi sahabat ummi untuk membahagiakan abi, Nanda akan menjadi sahabat yang menyenangkan bagi ummi, meski ummi baru mengenal Nanda, tapi ummi sudah bisa melihat dia adalah gadis yang bijak, yang lemah lembut dan penyayang dan tentu saja sholehah”. Dengan berurai air mata Mia mengungkapkan isi hatinya kepada suaminya, Mia berharap Ini mampu menjadi penebus dosa akan sikapnya selama ini terhadap suaminya, sikap kerasnya yang menentang suami untuk menikah lagi dengan kata2 yang tidak semestinya ia lontarkan, selama ini suaminya senantiasa bersikap lembut dan sabar menjelaskan semuanya, meski harus menerima jawaban yang tidak layak dari dirinya. Mia sadar tidak seharusnya menyikapi permasalahan ini dengan hanya mengandalkan perasaan saja, seharusnya dia lebih bisa bersikap bijak dan dewasa menyikapi semua ini, suaminya ‘mampu’ berpoligami yang jelas2 Allah sendiri membolehkannya, Mia lalai bahwa seharusnya Cinta Allah sajalah yang di harapkan. Mia lupa Bahwa suaminya hanyalah titipan dan amanah dari Allah, yang mungkin saja di amanahkan kepada lebih dari satu wanita.”terimakasih Nanda, abi, karena kebijaksanaan dan kesabaran kalian telah membuat saya menyadari semuanya” Mia berucap dalam hati.
***
“ Assalamu’alaikum... Dik Nanda yang saya sayangi, maaf bila kiranya sms ini mengganggu aktivitas adik, saya berharap adik senantiasa dalam lindungan Allah swt. saya hanya ingin sampaikan bahwa suami saya sangat berharap anti menjadi bagian dari hidupnya, begitupun dengan saya, berharap adik mau memaafkan saya dan bersedia menjadi sahabat saya, menjadi bagian dari keluarga kecil kami, menjadi sahabat saya untuk meneguhkan perjuangan suami, bersama mengarungi kehidupan ini dalam suka dan duka untuk meraih Ridho Allah, salam sayang dari saya, maaf atas segala khilaf saya”. Setelah mendiskusikan segala sesuatunya Mia dan Setyo akhirnya memutuskan agar Mia yang menghubungi Nanda.
“ Wa’alaikumsalam.wr.wb... Alhamdulillah Allah senantiasa memberi perlindungan kepada saya dan dalam keadaan baik, semoga hal yang sama di anugrahkan Allah kepada ukhti dan keluarga. Amiin, InsyaAllah... silahkan ukhti dan suami datang menemui keluarga saya, semoga Allah memudahkan segala sesuatunya. Amiin. Salam sayang juga dari saya untuk ukhti dan juga untuk dua mujahid anti”.
“ Amin Allahumma Amin... terimakasih ya ukhti. Wassalam”. Mia mengakhiri smsnya.

NB : bagi yang merasa belum puas dengan ceritanya, silahkan tambahin sendiri ya.. :))
        Semoga Bisa diambil Hikmahnya. :)
Jakarta ~ Cengkareng, 2 mei 2011



2 Aspirasi semua:

masichang mengatakan...

jadi yg kedua itu enak ya?...... menghadapai orang yg lebih pengalaman dan terasah skill nya.. hehehe

Anonim mengatakan...

subhanallah....., nice notes... ijin share blh? inang el-madury

Posting Komentar

Tafadhol sahabat..Kritik&Sarannya