Jumat, 14 Januari 2011 | By: Dahlia"khamza Az Zahra"

CaraKu MenCintaimu KarenaNya..

Bismillahirrahmanirrahiim

Wahai Saudari kami...
Mungkin kalian pernah mendapati kami dalam keadaan dingin dan membisu
Padahal bisa saja, kami membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersama kalian
Namun kami sadar, bahwa tak layak bagi kami bermudah-mudah dikarena khawatir hal itu akan mengikis kadar rasa malu kalian kepada kami.
Selasa, 11 Januari 2011 | By: Dahlia"khamza Az Zahra"

BUKU KEREN

Tulisan ini lahir di kala kelahiran kembali “Jangan Sadarin Cewek!” Menjadi “Jangan Sadarkan Cewek!” Dipantik oleh sebuah koment dari seorang pembaca. Awalnya dia bertanya tentang... lalu ujung-ujungnya ‘setan’nya kelihatan. Aku menangisi semua cewek yang telah dinistainya.. dan menghina dinakan kelakuan nistamu, manusia yang malang!

Dari situ aku tersadar bahwa penggunaan kata ‘cowok bejad’ dalam naskah buku ini ternyata masih lunak! Masih terlalu baik itu untuk semua kelakuan para cowok diluaran sana. Yang lebih cocok adalah seperti judul tulisan ini, cowok setan!

Setan bukanlah nama makhluk, tapi nama sifat, perilaku. Setan disebutkan terdiri dari dua golongan, jin dan manusia. Sederhananya, setan adalah pola pikir dan perilaku yang yang menyelisihi apa yang telah diatur di dalam din Islam.



Jangan Sadarin Jilbaber!

Kita berbincang tentang para perempuan yang memeluk agama Islam. Bagaimana keadaan mereka kini. Mulai dari istilah-istilah yang akhirnya terpaksa lahir untuk menyebut banyak ragam penampakan mereka secera fisik. Satu sisi, ada yang tidak enak disebut selain dengan istilah yang sengaja disandangkan kepada dirinya, pun begitu juga yang lain. Inilah kisah di sebuah negeri, sebuah kisah untukmu, kisah tentang kita, kawan.

-chio-

PENULIS : CHIO

 ini sedikit cuplikan salah satu bab bukunya:

Klasifikasi

Ok, siapapun kamu. Mahasiswa yang masuk dengan bantuan joki, yang masuk dengan uang sogokan secara terang-terangan, yang masuk murni melalui tes, yang masuk dengan bekingan nama besar dibelakang, dan entah apalagi sebutannya. Semuanya. Begitu kamu masuk dunia kampus, kuliah, otomatis kamu akan menjadi satu diantara beberapa jenis MAHASISWA :

Mahasiswa aktivis
Secara garis besarnya bisa aja kita bagi cuman menjadi dua jenis. Aktivis yang bergerak di dalam bidang keagamaan, dan yang paling sering di sorot adalah aktivis organisasi islam. Lembaga dakwah kampus nama kerennya. Yang ke dua aktivis non agama kayak pecinta alam, pers, dan lain-lain.

Untuk memesan buku2 tersebut silahkan
HUB : 0852 8773 5383

           Isinya membongkar rahasia mafia bernama cowok. Bahasanya bikin sakaratul fikir. Idenya melawan arus. Salute!! Saatnya dunia butuh segudang chio.. chio.. lainnya. Muntahkan semua mualmu kawan. Sampe dunia sekarat. He he he.
Weni, Sosiologi UNP.
ini sedikit kata pengantarnya...

Membaca buku mini JSCO ini, tak hanya menyisakan cerita kecuali untuk dirinya sendiri, seperti menceritakannya dengan sederhana, lewat kata yang tak sempat disampaikan kayu pada api yang menjadikannya abu. Hiks...hiks..

Setelah capek membaca buku pertamanya JSC, pasangannya pun keluar, JSCO. Setali tiga uang, isinya kembali membongkar kerahasiaan mafia yang bernama cowok. Ahh...ternyata mereka ada banyak. Sebuah realitas yang hidup dan eksis ditengah kita kawan-kawan. Jujur, sangat jarang ada seseorang yang peduli dan berani membeberkan realitas itu kehadapan kita sedemikian detilnya. Terkadang, banyak pun orang yang paham dengan realitas yang tak lagi cerah, seringkali mereka acuh dan terdiam lama dalam do’a bahkan justru menarik diri dan lari menyelematkan hati walaupun itu selemah-lemahnya iman. Namun untuk chio kasusnya tetap beda.

Zaman yang semakin individual dengan pola semau gue membuat tulisan-tulisan chio secara umum keluar dari pola tema yang ada. Bahasanya lugas, tanpa tedeng aling-aling dan bikin sakaratul fikir. Tetap bertahan dengan idealismenya dan mencoba melawan arus dengan sifatnya. Membuka diri dan melepaskan kacamatanya serta melihat apa dan siapa objeknya dalam menggambarkannya. Apapun itu, salut buat anak muda yang muntah dan emosian sewaktu menuliskan rasa sakit nya ini...

PEMESANAN : 0852 8773 5383


Penulis:kuncir kecil
Muslimah Bidadari
Rp 20.000
11x16 cm

 Pemesanan : 0852 8773 5383
Senin, 10 Januari 2011 | By: Dahlia"khamza Az Zahra"

BUKU KEREN

 Penulis : Luky B.Rouf 
Harga : 23.0000
PEMESANAN : 0852 8773 5383


Buku baru dari Anomali, buku motivasi tdak pernah disajikan segokil ini

Penulis : Akin

CINTA
Jika kita merasakan jengah dengan dakwah egois, muak dengan dakwah yang sporadis, atau sebal dengan dakwah yang membawa kebencian dalam menebar kebenaran, MELAWAN DENGAN CINTA perlu kita renungkan. Di sini, kita akan banyak berbincang tentang dakwah dan cinta.

KATA
Jika kita terbata ketika menuturkan kebenaran, gemetar setiap berdiri di hadapan, atau tidak mampu menyusun kata untuk mengguncang kesadaran, MELAWAN DENGAN CINTA sangat kita perlukan. Ada banyak cerita teruntai, tentang retorika Nabi, tentang pengalaman orang-orang panggung, ataupun teori-teori komunikasi, yang akan menuntun kita menjadi seorang penutur kebenaran yang mampu menggugah manusia dengan untaian kata dan tatapan mata.

NYATA
Jika dalam keseharian, kita sering kebingungan menghadapi obyek-obyek dakwah, bagaimana menyentuh hatinya, bagaimana mengikat jiwa, dan bagaimana menggerakkannya, MELAWAN DENGAN CINTA layak kita jadikan teman duduk. Di dalamnya tersaji berbagai kisah RasuluLlah, para shahabatnya, maupun kisah keseharian kita., tentang dakwah yang tak terlalu memerlukan kata, dakwah yang lebih fokus pada amal-amal nyata dalam keseharian kita.

Judul Buku : Melawan Dengan Cinta
Penulis : Abay Abu Hamzah
Penerbit : Za’faran (Grup Anomali)
Dimensi : 216 Halaman, 11 cm x 17,5 cm


 PEMESANAN : 0852 8773 5383

 Judul: Menggenggam Bara Islam

Penulis: Abay Abu Hamzah

Dimensi: 14 x 21 cm; 184 hal

Harga: Rp. 35.000,-

Terbit: Awal Ramadhan 1430 H

Sinopsis:

Sebuah buku pembinaan bagi remaja muslim di abad ini. Sangat menarik dengan bahasa yang santai disertai cerita-cerita heroik para sahabat dan contoh-contoh kehidupan sehari-hari. Sangat cocok bagi para da’i dan para remaja untuk menemukan jati diri mereka.

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar pada agamanya diantara mereka seperti orang yang menggenggam bara api” (HR. At-Tirmidzi)

PEMESANAN : 0852 8773 5383

 1x pesan.. 1 hari abis..
2x pesan.. puluhan buku dalam hitungan hari langsung ludes ..

bener2 maknyoos!!

saya recomendasikan buku ini buat Anda semua..!!

sarat inspirasi n muatan hikmah dibalut puitisasi nan indah..

dr prg badar qt belajar =adi wijaya=

Harga : 25.000
PEMESANAN : 0852 8773 5383

BUKU KEREN



Sebuah Proses Kemenangan Hidup telah Dimulai

Temukan duniamu, maka dunia menjadi milikmu.

Menjadi Pemenang Kehidupan..
Rahasia Mjd Apapun yang Anda Inginkan..

Harga Rp 45.000,-

Pemesanan : 0852 8773 5383

 Setelah Menggenggam Bara Islam
dan Melawan Dengan Cinta
saatnya
REVOLUSI DARI RUMAH KAMI
-karena pernikahan adalah perlawanan-

“Seperti aku, tentu kau juga sudah jengah membincang pernikahan dalam suasana merah jambu.

Mari bersamaku,
membincangnya dengan warna merah menyala.
Ya, pernikahan adalah tungku yang memanaskan hawa perjuangan.
Hingga kelak, kita akan berkata dengan bangga:
Rabbi, Revolusi ini berawal dari rumah kami!


***

Buku ini bertutur tentang 3 fungsi utama rumah seorang pejuang Islam: penawar lelah, tempat berbenah, dan penebar dakwah.
Sebab itu, buku RDRK ini dibagi menjadi tiga pintu:

Prolog: meluruskan persepsi-persepsi berbahaya seputar dakwah dan nikah

PINTU PERTAMA: RUMAH, PENAWAR LELAH

Di jalan dakwah, ada bahaya yang mengintip, ada ancaman yang tiba-tiba menyergap. Ada musuh yang menampakkan diri, ada pula kawan yang menelikung dengan pedang Hindi. Adakalanya jiwa terasa lelah, raga terasa penat. Rehatlah sejenak. Rebahkanlah kepala sesaat. Berbaringlah, pejamkan mata untuk merenungi kelemahan diri, meyakini kemahabesaran ilahi.

Saat jiwa lelah, beruntunglah mereka yang telah menyempurnakan separuh dari agamanya. Beruntunglah mereka yang masih memiliki harapan untuk tersenyum selepas jihad yang melelahkan, sebab di rumah ada bidadari yang menanti dengan senyuman.

Di pintu pertama ini, kita akan membincang penawar lelah itu.

PINTU KEDUA: RUMAH, TEMPAT BERBENAH

Keluarga Nabi saw adalah kisah nyata yang demikian agung. Tidak sedikitpun celah untuk mencela. Tidak semilipun lubang untuk menggali kekurangannya. Rumah Nabi adalah rumah yang memancarkan cahaya ilahi. Dari rumah Nabi saw, Islam menyebar dengan cepat. Berawal dari delapan orang pertama yang memeluk Islam, kemudian 40 orang, dan seterusnya.

Pancaran cahaya ilahi menerangi seluruh Makkah, hingga tidak ada sebuah rumahpun di Makkah, kecuali ada Islam disebut. Pancaran cahaya itu semakin sempurna setelah hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Dari sana Islam menyebar secepat api membakar rumput kering. Islam memenangkan pertempuran demi pertempuran, penaklukan demi penaklukan. Dengan cepat, wilayah Islam meluas hingga memayungi dua pertiga belahan bumi.

Rumah Nabi memang memancarkan cahaya ilahi. Namun janganlah kau lupa, sebelum cahaya itu memancar menerangi semesta, terlebih dahulu ia memijar di dalam rumah Nabi.

Di pintu kedua ini, kita akan berbincang tentang pijar itu. tentang meningkatkan kualitas diri bersama suami atau isteri. Juga tentang mereda badai yang siap menerpa bahtera kita. Juga tentang menyiapkan anak-anak kita, menjadi pejuang-pejuang berikutnya.

PINTU KETIGA: RUMAH, PENEBAR DAKWAH

Semestinyalah, jika Islam telah menancap di dada, maka tidak ada lagi yang memenuhi isi kepala selain tertegaknya kemuliaan Islam, dan itu menghajatkan dakwah.
Sehingga, setiap kesempatan, setiap tempat, setiap waktu, seorang Muslim sejati akan mengoptimalkan dakwahnya.
Termasuk di rumah kita. Ada tamu yang siap kita bakar semangatnya. Ada tetangga yang siap kita bangkitkan pemikirannya. Ada masjid yang siap kita makmurkan, untuk kemudian mencerahkan setiap jamaahnya.
Di pintu ketiga ini, itulah yang akan kita bagi bersama.

Epilog: Rabbi, revolusi ini berawal dari rumah kami!

***

Identitas Buku
Judul : Revolusi Dari Rumah Kami
–karena pernikahan adalah perlawanan-
Penulis : Abay
Penerbit : Za’faran (Grup Anomali) Yogyakarta
Dimensi : 12 cm x 17 cm, 216 halaman
Harga : Rp. 35.000

Pemesanan : 0852 8773 5383

                                                                      


Don’t Panic Iam Muslim (sebuah pengantar)


kategori: Buku-buku
Jenis Lainnya
Penulis: Divan Semesta
Judul : Don't Panic! I'am Muslim
karya : divan semesta
penerbit: anomali -buku.unik-
harga: 20.000
hal : --

Don’t Panic Iam Muslim
(sebuah pengantar)

“Mengapa Engkau mencintai tetapi kau tidak mau terbakar dengan cintanya?” tanya orang ketika mereka melihat aku memiliki respek dan kecintaan yang luar biasa pada gerakan itu.

Sudah berpuluh kali aku ditanya mengenai hal itu, mengenai mengapa aku tidak melibatkan diri dalam gerakan yang jika di terjemahkan di Indonesia sebagai gerakan pembebasan itu. Pembebasan dari apa? Ya dari tiran yang berusaha mengalihkan penyembahan pada Allah menuju berhala-berhala yang muncul dalam aturan-aturan yang pengaplikasiannya bukanlagi brutal tetapi kanibal.

Itu urusanku, jawabku dalam hati. Mungkin aku bakal kembali, mungkin juga tidak. Saat ini pun aku masih menimbang-nimbang. Dan jika Kamu bertanya, apa yang ditimbang timbang --macam menimbang nangka golek saja--, aku tidak mungkin menceritakannya dengan detail, karena ucapanku bisa disalahgunakan atau dijadikan pembenaran orang-orang yang ada dalam kondisi nyaman, tidak mau ‘berjuang’. Enak saja. Untuk apa jika nantinya malah kontraproduktif, malah menghambat jalan tegaknya sebuah orde?

Kali ini, aku hanya akan bilang bahwa Hizbut Tahrir adalah sebuah gerakan yang meletakan pegas di kakiku, sebuah gerakan yang menjadi trampolin yang melontarkan diriku untuk melihat banyak hal.
Kenapa kukatakan begitu? Karena dulu, aku adalah orang yang bahkan tak mengenal arti ideologi. Jika kau kurang nyaman dengan ideologi ok, aku akan mengganti term itu dengan struktur. Karena dulu, aku hanya mengetahui fungsi sebuah struktur sebatas ecapan. Bahwa struktur itu penting (Anak SMA macam mana yang tak mengetahui hal itu), tetapi mengenai pemahaman apa itu struktur dan bagaimana kau menerapkan makna struktur itu di dalam kehidupan –dulu-- aku tak bisa.

Pembimbingku mengatakan bahwa Ideologi adalah sebuah pemahaman mendasar, yang diatasnya dibangun aneka macam ranting pemikiran, dan jika diibaratkan dengan tubuh, ideologi memiliki anti bodi dan mampu mengembangkan antibodi itu untuk menggempur unsur-unsur atau virus penyakit yang bakal merugikan tubuh.

Di sana, aku pun mempelajari bagaimana membentuk sebuah partai politik dan menata masyarakat. HT, mengajarkan hal itu pada pengkaji dan anggota-anggotanya melalui pembelajaran terhadap perjalanan Rasulullah yang diperas oleh kecerdasan logika Annabhani (pendiri HT).

Orang-orang mungkin tak memahami apa pentingnya mempelajari hal itu. Kalau yang sedikit mengerti, katanya, ya untuk mendirikan partai politik. Kupikir bukan sekedar itu. Dengan membaca, mendiskusikan bagaimana mendirikan sebuah partai politik, sadar atau tidak tengah -- para pembimbing—tengah mengajarkan sosiologi. Dan berbicara sosiologi bukan berarti hanya mengingatkan tentang hapalan-hapalan yang kau jinjing sebagai beban saat kau masih dibangku kuliah atau SMA.

Mempelajari hal itu adalah mempelajari struktur yang ada di masyarakat, dari struktur itu kita bisa mengelompokkan kelas-kelas yang ada. Kita bisa melihat siapa yang senantiasa bergerak dan siapa yang bisa digerakkan dan bagaimana cara melakukan propaganda dan infiltrasi ide yang efektif.
Orang-zaman dahulu kesulitan untuk merubah sebuah bangsa atau masyarakat tetapi sosiologi mewartakan bahwa masyarakat memiliki pemangku adat, masyarakat memiliki klas pemikir dan klas organisatoris yang isi kepalanya adalah sebuah representasi kepala masyarakat.

Jika ide kita bertentangan dengan masyarakat, maka dalam keadaan normal hal yang paling efektif adalah mempengaruhi lebih dulu gate keeper-nya, pemangku informasi juga kelas yang berkuasanya.
Itulah mengapa Bruce Parry seorang antropolog BBC melakukan kontak dengan kepala suku kanibal di sekitar pegunungan Mandala, dan itu pulalah yang menjadi jawaban mengapa kolonialisme lebih dulu ‘menundukkan’ pemangku adat Nusantara sebelum melakukan penjajahan, atau menjadi alasan mengapa ketika seorang kepala adat Papua masuk Kristen maka berbondong-bondong pulalah masyarakat masuk ke dalam sungai atau mandi di pinggir lautan untuk dibaptis.
Hal ini (melakukan pendekatan pada gate keeper) sebenarnya menjadi hal yang naluriah bagi orang-orang besar --dan tidak menjadi sebuah ilmu bagi mereka, tetapi mereka mempraktikannya.
Sosiologi kemudian datang dan merangkum hal itu, membagi-bagi masyarakat ke dalam sebuah struktur agar lebih mudah dipelajari. Jika di zaman Victoria atau zaman VOC –misalnya-- pengetahuan ini ditujukan sebagai analisa awal sebelum ekspansi dilakukan, maka di zaman ini sosiologi bisa dimasukan kedalam departemen business development atau marketing development sebuah perusahaan sebelum melakukan ekspansi pasar besar-besaran.

HT merumuskan, mengajarkan, bahkan mempraktikkan konsepsi sosiologi kenabian untuk melakukan perubahan besar atas masyarakat. Karenanya, --kusepakati dengan seorang sahabat-- bahwa se-ekstrim-ekstrimnya An Nabhani menolak sosiologi dalam buku Fikrul Islam dan lainnya, ia adalah sosok sosiolog besar Islam.

Sayangnya kalangan akademis secara tidak sadar malah memisahkan dia sebagai tokoh pergerakan Islam tok entah bagaimana skema-nya.
Sayang-disayang adalah sebuah penyakit, karenanya mari tinggalkan sayang disayang itu, karena –tak peduli Annabhani akan diangkat atau tidak sebagai sosiolog-- HT memberiku banyak hal. HT bahkan memasukan sebuah struktur berpikir kepada masyarakat dengan menggunakan cara-cara yang cerdas di luar kesadaran pembacanya.

Melalui buletin al Islam secara tidak langsung masyarakat diajarkan untuk berpikir terstruktur. Coba buka tulisan al Islam jika perlu lima tahun kebelakangan ini. Di dalam tulisannya kau bisa membedahnya menjadi tiga bagian: fakta, analisa dan solusi (hal ini tentu berbeda dengan kebanyakan essay) Belajar berpikir secara sistematis, terstruktur menjadi penting, karena kita dikepung oleh banyak buku saat ini. Kita bahkan bisa menemukan membaca buku-buku di toko yang sebelumnya tidak mengizinkan kita untuk –bahkan membuka-- sampul plastiknya.

Perpustakaan yang keren-keren sudah menjamur, dan sialnya anggapan bahwa dengan membaca berbagai macam buku kau akan menjadi pintar masih tetap tidak berubah hingga saat ini. Padahal, anggapan seperti itu belum tentu benar.

Aku melihat, menemui orang yang banyak membaca buku, pikirannya malah acak-acakan tak karuan, tak memiliki pangkal, tak ada muara. Pikirannya seolah-olah taman labirin Ashcombe, komentar-komentarnya tak memiliki logika tertata dan hanya terkesan sporadis dalam menyikapi banyak bentuk-bentuk makna.
Contohnya, dulu aku melahap apa saja, buku Pram, N.H Dini, Prahara Budaya, Ensiklopedia, Ahmad Wahib, buku-buku dari Insist, Teplok Pers, buku-buku porno dan stensilan, Chomsky, dan lain sebagainya. Semuanya masuk ke dalam pikiranku. Tetapi hasil bacaan itu tak benar-benar merombak kehidupan.
Jika aku bisa memaknai hal-hal yang atomik dalam kehidupan, bagaimana menjalin relasi, bagaimana menemukan hikmah, bagaimana dan bagaimana lainnya, mungkin iya. Tapi pada saat itu aku belum bisa melakukan analisa besar terhadap sebuah permasalahan, aku hanya melihat fenomena, melihat fakta, mungkin menggali neumena, tetapi tidak mengumpulkan seluruh neumena untuk menghasilkan sebuah gambaran yang saat ini kulihat adalah gambaran peperangan.
Sebuah contoh yang baik dari Crash, sebuah film yang pernah mendapatkan banyak Oscar, bahwa segala sesuatu, seribu satu macam fragmen harus dilihat secara utuh sebagai sebuah dasar kesimpulan. Demikian pula film Syriana yang mengambil tag, everything is connected. Dan Ali Syariati, --betapapun aku tak begitu mengidolakannya—mewariskan ungkapan bahwa orang yang banyak membaca buku tetapi ia tak memiliki ideologi, --maaf maksudku struktur-- ibarat seseorang ingin membangun kediaman tetapi ia hanya mengumpulkan batu-bata dan perkakas lainnya tanpa ia memiliki atap dan konsep dasar pembangunan sebuah rumah.

Sebanyak apapun kau membaca tetapi kalau kau tak memiliki struktur maka kau hanyalah ensiklopedi berjalan, kau hanyalah manusia penghafal yang tak mengetahui apa yang bisa dilakukan dengan hafalan itu.

***

Beberapa puluh tahun lalu seorang Duta Besar Amerika pernah berkata ketika Ahmad Wahib bertanya mengapa Nurcholis Madjid di kirim ke Amerika.
Agar dia melihat negeri kami, katanya. melihat Negara dan peradaban yang dibencinya.

Sepulangnya dari Amerika, apa yang benar-benar diyakini oleh Duta Besar itu terbukti. Nurcholis yang semula radikal berhasil di pertaubatkan, di baptis.
Muslim yang tidak memiliki struktur berpikir, ketika di kirim ke luar negeri (biasanya lulusan pesantren) bukan hanya akan mengalami gegar budaya, melainkan geger otak akidah terutama akidah yang terkait permasalahan inilhukmu illa lillah bahwa hanya Allahlah yang memiliki hak preogatif membuat hukum. Sebab, ketika para dai mengumandangkan propaganda syariat Islam dengan segala macam iming iming pemerataan dan distribusi keadilan, pengaturan yang baik, maka Eropa, Prancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan secara general telah menjalankannya, meski pengaturan yang baik itu salah satunya bersumber dari pajak yang memberatkan seperti yang dikatakan Anggun si ‘Snow in Sahara’ (mengenai Perancis), atau pajak prostitusi, pabrik minuman keras, pajak properti serta industri atau bahkan eksploitasi.

Aku –pribadi-- memang belum pernah pergi berpetualang ke Amerika, New Zealand, England atau apalah. Tetapi, melalui NatGeo, BBC Chanel dan Discovery, juga dari bacaan dan kisah-kisah keluarga ataupun teman teman dan para cendikia, aku menjadi benar-benar mengagumi Barat. Mengagumi bagaimana isu-isu terbaru selalu diiringi dengan pembuatan kebijakan diiringi dengan dengan tools implementasi monitoring dan evaluasi.

Pada saat Inconvienence Truth-nya Al Gore menjadi bola salju yang menggulirkan isu green project, kalangan swasta kemudian berkemas untuk melakukan peralihan, bagaimana mereduksi kadar CO2, menciptakan tips bagaimana mereduksi energi sebelum beralih pada sumber energi yang lebih ramah, bagaimana mereka mengelola lahan, sanitasi, sistem transportasi yang rumit, perkawinan antara senjata dengan teknologi satelit, bagaimana swasta dan pemerintah menghargai ilmuwan, bagaimana tunjangan sosial diberlakukan, keserasian alam antara alam liar dengan industri di Kanada, atau melihat langsung cepatnya MagLev kereta tercepat yang mengambang secara magnetis 10 cm di atas relnya di Jepang, pengolahan limbah dan sehatnya lingkungan di German, sistem penyimpanan arsip di Vatikan dan universitas besar dunia, tingkat kedisiplinan Jepang yang merupakan implementasi loyalitas menyerupai agama serta keajaiban-keajaiban lainnya. Aku terkagum-kagum.

Nah, apapun itu, mereka (peradaban ‘Barat’) telah berhasil melakukan pengelolaan dan distribusi yang baik meski di bawah doktrin Liberalisme. Kalaupun, saat ini negeri-negeri yang mayoritasnya berpenduduk muslim melakukan hal seperti itu (menarik pajak dari tempat-tempat yang tak jelas), yang merebak bukan keadilan tetapi penyimpangan pendapatan Negara dan korupsi. Ya, seperti Indonesia ini. Nah, ketika tata pemerintahan ingin kita buat, ingin kita tampilkan, sedang kita usahakan hingga serak, hingga keringat kita dan tubuh kita letih, ternyata barat yang kita benci itu telah menunjukkannya dengan sangat cantik.

Aku terpana-terkagum-kagum. Kita, aku, Kamu, kaum muslimin jauh tertinggal secara teknik. Kalah bagaikan kesebelasan Persib melawan Manchaster United. Kejayaan material kita di masa lalu ibarat membandingkan antara anak SD Pulo Armin dengan Mahasiswa yang kuliah di Sorbonne atau Harvard.
Hasil Renaissance, hasil revolusi dan kudeta berabad-abad di Eropa muncul menjadi gemilang, seperti batu yang diasah menjadi intan dan memperlihatkan kecemerlangannya di abad 20.

Akan tetapi, kekaguman itu hanyalah kekaguman belaka, bukan kekaguman yang menghamba, karena aku mengetahui konsep mana hadarah (materi kebudayaan) mana madaniah (pemikiran) mana materi kebudayaan yang terkait nilai-nilai khas pemikiran. Aku bukan Nurcholis atau Azyumardi Azra.
Kirimkan aku ke dunia dimana segala sesuatu berjalan dengan baik tanpa agama. Kirimkan ke sana! Aku mengetahui sejarah. Aku memahami ayat. Aku memiliki keyakinan terstruktur! Perjalanan itu hanya akan menjadi sebuah tamasya karena aku Divan Semesta! (bolehlah sedikit congkak).


Dalam sebuah wawancara di kisaran tahun 2004, Aku pernah bertanya pada Ismail Yusanto (juru bicara HTI), apakah kita memiliki jaminan bahwa Kekhilafahan atau sistem pemerintahan Islam akan berjalan lurus-lurus saja, melenggang manis dan sempurna seperti model di atas catwalk sementara yang melaksanakan manusia juga?

Dengan cantiknya ia mengatakan. “Tidak ada jaminan. Sebagaimana saya bertanya apakah Anda itu nyetir mobil. Paling bagus Anda menyetir mobil dengan disiplin, apakah dijamin tidak ada kecelakaan? Hidup itu faktornya bukan hanya kita. Ada jalan yang licin , factor cuaca, factor pengemudi dan lainnya. Meski kita sudah memiliki mobil yang baik, kita adalah pengemudi terlatih tetap saja tidak ada jaminan kecelakaan tidak terjadi. Tetapi saya ingin bertanya lagi, jika tidak ada aturan lalu lintas, mobil Anda tidak memiliki rem, Anda ugal-ugalan, apakah Anda akan selamat, selalu selamat? Lebih tidak ada jaminan. Nah, ketika bicara tentang Kekhilafahan atau system pemerintahan Islam berarti kita sedang bicara tentang mobil yang bagus, orang yang bagus, tata aturan berkendara yang bagus. Kita sedang memenuhi syarat-syarat ini. Syariah memiliki konsep sempurna. Kekhilafahan dan Khilafah itu syarat dasar. Apa setelah itu ada jaminan tidak adanya pelaksanaan yang menyimpang? Tidak ada jaminan. Tetapi kita telah memenuhi syarat-syarat dasar. Dan dengan syarat tersebut jika ada kesalahan mudah. Kecelakaan? O pasti itu bukan mobilnya, aturan dasar berkendaraannya pun sudah sempurna. O itu mungkin karena supirnya atau pasti jalanan licin. Pasti ada sesuatu. Tapi, kalau sekarang?”

Terbayang? Bahwa sistem yang tengah diperjuangkan, sistem yang akan memuliakan bangsa ini, dan insya Allah seluruh umat manusia di dunia berawal dari ‘mobil’ dan ‘aturan yang baik’ karena berasal dari Sang Pemilik pabrik mobil, Pemilik aturan yang canggih, Pemilik yang mengetahui sifat-sifat manusia.

Sudah seharusnya kita benar-benar mempelajari Islam. Memahami bahwa pelaksanaan hukum, pengaturan hidup manusia berdasar sistem Islam merupakan bagian dari akidah, sisi lain dari tauhid1), mengetahui mana yang akar (akidah/tauhid) mana yang menjadi cabang atau ranting pemikiran. Melakukan eksplorasi hikmah di dalam ajaran Islam yang luar biasa dan aku mengawalinya dari pemikiran Islam Annabhani.
Cobalah untuk mengecap, hiruplah keindahan sistematika struktur berpikir yang dikaruniai Allah padanya, tapi jangan lupa pula untuk menikmati hidangan yang di sajikan oleh mujtahid lainnya.
Seperti halnya keagungan empat Khalifah besar yang memiliki karakteristik atau kedalaman alam berpikir yang berbeda serta menarik untuk ditelaah satu sama lainnya, dengannya, dengan membandingkan, mempelajari pemikiran para mujtahid, ulama-ulama besar, Kamu akan melihat keagungan Islam dari berbagai perspektif yang segar dan berbeda.
Perkaya hidupmu.

Nah, bagaimana dengan kumpulan tulisan di buku ini?
Kebanyakan tulisan di buku ini sudah di muat di majalah Openmind pada tahun 2003-2005. Ada beberapa contoh, kata-kata dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan keadaan di tahun 2010 ini. Rasa Don’t Panic! I am Muslim (DPIM) tentu akan berbeda dengan buku sebelumnya (Buried Alive).

Jelas saja saya lebih menyukai Buried Alive (BA) karena waktu itu saya menulis dengan perasaan seperti yang resep-kan film Finding Forester, tapi bukan berarti buku ini tidak memiliki kelebihan apa-apa jika dibandingkan BA.
Jika pembaca membandingkan keduanya, maka –dengan membaca DPIM-- pembaca akan lebih terang untuk memahami apa yang pernah saya tuliskan dalam BA.

Pertimbangan diterbitkannya BA lebih dulu ketimbang buku ini hanya karena BA lebih enak dimamah. Itu artinya, buku yang ada di tangan pembaca ini lebih banyak memuat konflik pemikiran, memiliki argumentasi yang lebih dalam ketimbang tulisan sebelumnya, menjadi akar berpikir tulisan-tulisan saya di dalam BA. DPIM merupakan landasan, berikut sebuah kesatuan dengan buku sebelumnya.

Ibarat games brutal mesin ketangkasan ding-dong yang memiliki atraksi pukulan dan tendangan pembuka, lalu sajian serangan utama dan diakhiri dengan kalimat finish him! Karenanya saya berharap penerbit Anomali ketiban rezeki –sampai pejret-- untuk lebih menyempurnakan serangan Divan Semesta dengan menerbitkan novel Riang Merapi.

Di luar itu, buku ini merupakan simbol pemujaan bagi Dia, sebuah hadiah berupa logika-logika berpikir untuk Kalian, juga sebagai tanda terimakasih pada Bapak dan Mamah tercinta, pun juga sebuah astrolabe atau GPS bagi Manda, Nyawa dan Nyala dalam melakukan penjelajahan nantinya.

Ah, sebelum akhir tulisan ini menjadi seperti kata pengantar skripsi atau tugas akhir, sebaiknya saya selesaikan saja. Semoga buku ini bisa memberi inspirasi agar kita menjadi muslim yang ramah tetapi tetap tidak kehilangan sengatnya! Don’t panic! Cause we’re muslim. Selamat membaca.

Divan Semesta
mau pesan ????
silahkan hub sekarang juga : 0852 8773 5383
Sabtu, 08 Januari 2011 | By: Dahlia"khamza Az Zahra"

Apa kabar Cinta?

* suara hati sopo ki..? :D :D *
bagus juga puisi yang saya ambil dari catatan teman di FB
 maaf yo .. sy tampilkan disini... hehe..
*hak cipta milik Allah SWT* betulll....(jawab dengan serempak "Betollllllllllllllllllllllllllllllllllll". bagusss.... :D)
dari pada saya ngocehh tambah gak jelas mending langsung baca aja ya artikelnya.
                                        Met membaca sobat.... ^o^
Kamis, 06 Januari 2011 | By: Dahlia"khamza Az Zahra"

Cintai Saya Apa Adanya

Semoga bermanfaat dan dapat di ambil ibroh dari kisah ini.
ikan cucut ikan belut lanjutttt... :D

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan Saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus sayai, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang
menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

Salam Perpisahan


Allah telah memberi pasangan pada masing2 makhluk
Setiap yang hidup pasti akan menemui kematian..
Setiap ada pertemuan pasti ada perspisahan..
entah itu kita sukai atau tidak,
yang jelas pasti ada perpisahan dalam hidup ini..

Sahabat akan berpisah ketika masing2 telah memiliki pasangan.
Rasa Sedih pasti akan kita rasakan bilamana perpisahan terjadi
Tapi kita harus tetap menerima...
Yakinlah yang terbaik yang diberikan Allah untuk kita..